Malas, Penipu Ulung bagi Diri Sendiri | PK

Malas, Penipu Ulung bagi Diri Sendiri | PK - Baiklah disini saya akan menjelaskan serta sharing kepada teman-teman dengan melanjutkan Pembahasan kemarin yaitu tentang Psikologi Kemalasan terkait Pembelajaran Motivasi Diri. Pada saat ini saya akan membahas tentang MALAS SEBAGAI RAJANYA KETIDAKSUKSESAN pada bagian Malas, "Penipu Ulung" bagi Diri Sendiri. Langsung saja simak penjelasannya dibawah ini.


malas-penipu-ulung-bagi-diri-sendiri


Malas, "Penipu Ulung" bagi Diri Sendiri


"Kelalaian yang paling sering disesali orang ialah tidak

mempergunakan seketika ada kesempatan untuk kebaikan."

(Djamalus Djohan)


    Jika mau dicermati sejenak, problem kemalasan ini manakala dilihat dari kaca mata normative-transendental tidak lepas dari peranan syaithan. Dengan kata lain, ada campur-tangan yang cukup handal dari syaithan sekali lagi jika dilihat dari sudut pandang agamais, bukan psikologi modern yang berarti bahwa produk kemalasan ini adalah salah satu bentuk produk syaithan.

    Di semua agama tentu mengajarkan bahwa syaithan akan berusaha semaksimal mungkin untuk terus dan terus memperdaya umat manusia, segala macam cara akan ditempuh olehnya demi terwujudnya satu tujuan (the last god) yakni melihat kehancuran dan kebinasaan manusia dari berbagai keberhasilan dan kesuksesan baik keberhasilan dan kesuksesan secara duniawi maupun ukhrowi. Salah satu tanda bukti dari permusuhan syaithan ini tertuang dalam Al Qur'an surah An-Nisa ayat 118 :


"... ... ... ... ...dan syaithan itu mengatakan : "saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau sebahagian yang sudah ditentukan untuk saya."

Sedangkan An-Nisa ayat 119 menyatakan :

"Dan saya (syaithan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka ... ... ."


    Dan yang paling penting membahayakan dari syaithan adalah tipu dayanya, dan hal itulah yang sering kali membuat seseorang hanyat dan larut ke dalam belaiannya. Apalagi ketika seseorang tidak memiliki tujuan hidup alias bingung menentukan langkah ke depan ditambah dengan kadar keimanan yang cenderung tipis maka akan sangat mudah bagi syaithan memperdayai dan menjermuskannya. Dan yang demikian merupakan suatu kemenangan yang begitu membanggakan bagi dunia syaithan.

    Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa salah satu bentuk produk syaithan yang tidak sedikit dikonsumsi bahkan cenderung dinikmati keberadaannya oleh khalayak adalah "produk kemalasan". Memang, harus diakui bahwa bermalas-malasan, atau berleha-leha sangatlah menyenangkan dan bagi sebagian orang tentu mengidam-idamkannya.

    Bagaimana tidak mengidamkannya? tanpa berbuat sesuatu, tanpa harus bekerja keras, tanpa harus membuang-buang waktu untuk ber-aktivitas dan hanya mengerjakan hal-hal yang kurang bahkan terbilang tidak produktif seperti main game, nonton televisi, kongkow-kongkow, chatting, nonton kartun bahkan tidak jarang menghabiskan waktu untuk hal-hal negatif seperti melihat Blue Film, melihat gambar-gambar porno, dan sebagainya, yang kesemuanya dalam tingkatan "terlalu" yah... terlalu sering, terlalu kelewatan sampai di luar batas-batas kenormalan. Dan anehnya, justru yang demikianlah yang ditunggu dan dicari.

    Dengan apa yang dikonsumsi-negatif tersebut, seseorang akan merasa benar-benar hidupnya bebas dari ikatan, dari rutinitas keseharian yang membosankan dan ingin sesegera mungkin ditinggalkan. Atau bebas dari cengkereman yang dirasakan selama ini membelenggu. Dan dengan "produk kemalasan" inilah apa yang selama ini diidamkan benar-benar terwujudukan, apa yang selama ini diharapkan benar-benar nyata.

    Bisikan syaithan terhadap orang-orang lemah secara ragawi dan bathini semakin menambah keyakinan mereka (orang-orang lemah) untuk mengkonsumsi secara serius kemalasan ini. Mereka benar-benar merasa bahwa "kemalasan" adalah pilihan tepat untuk dijadikan sebagai icon atau idol. Alasan yang dikedepankan adalah lagi-lagi alasan ini yang diajukan karena kemalasan telah menjadi dewa penolong bagi mereka dari berbagai hal yang selama ini membosankan untuk dikerjakan. Dan kemalasan telah membuat menemukan titik celah yang selama ini dinanti.

    Tertipu! mungkin itulah kata yang pas untuk disampaikan. Mereka telah tertipu oleh produk kemalasan ini, yang mungkin Anda pun salah satu yang telah tertipu mentah-mentah. Bagaimana tidak tertipu? sekilas memang menyenangkan, bebas dari tanggungan, dan bisa berbuat apapun yang diinginkan asal senang tanpa beban, tetapu yang sekilas itu nantinya malas menjadi "mala petaka" yang berkepanjangan. Dan mereka atau pun Anda tertipu oleh apa yang dikonsumsi oleh diri sendiri.

    Seorang anak SMU yang tidak lama lagi ujian UAN (Ujian Nasional), merasa jengah terus-menerus sekolah, belajar, dan belajar, sehingga dia mencoba untuk melarikan diri ke Play Station (main game). Menurutnya memang coba-coba, tapi si anak SMU tidak sadar bahwa dia telah masuk kandang syaithan, yang jelas syaithan akan merasa berberat hati untuk melepaskannya kembali ke jalan kebenaran. Sehingga yang awalnya hanya coba-coba akhirnya menjadi suatu ketertarikan luar biasa. Sampai alokasi waktu yang seharusnya untuk belajar menghadapi UAN dipindah-alihkan ke permainan game. Kemalasan untuk belajar benar-benar telah terkonsumsi. Dan ini salah satu butki kepintaran dari syaithan.

    Sang anak SMU merasakan perbedaan yang luar biasa, dengan "tidak lagi belajar dan belajar". Menurutnya dengan bermain game menjadikan kehidupannya lebih sumringah dan legowo, sehingga tidak heran dirinya lebih memilih terus main game sepulang sekolah dari pada mengulang-ulang mata pelajaran untuk persiapan ujian.

    Kenyataan selanjutnya, yang terjadi benar-benar di luar dugaan si anak SMU, pasalnya hasil UAN menyatakan dirinya "tidak lulus", apalagi dengan nilai di bawah rata-rata. Terang saja yang demikian membuat si anak SMU dan orang tuanya shock berat. Kegiatan negatif berupa main game yang selama ini dipuja-puja, yang diharapkan mampu membawa pada perubahan ketenangan batin dan kenyamanan diri benar-benar telah menipu diri si anak SMU. Dan sekarang yang bisa dilakukannya hanyalah meratapi penuh penyesalan.

    Kejadian di atas hanyalah satu dari sekian banyak kejadian-kejadian lainnya, yang membuat seseorang merasa "tertipu" oleh kemanisan produk berupa kemalasan ini. Penipuan yang sudah seharusnya diwaspadai oleh siapapun juga. Penipuan yang berkedok kemuliaan dan mengarahkan pada kesenangan.

    Karenanya, seseorang memang harus "bersungguh-sungguh" menerapkan konsep "kewaspadaan diri" jika memang ingin bebas dari cengkreman produk kemalasan, semakin seseorang meningkan kewapadaan diri maka semakin besar pula harapan seseorang untuk terhinfar dari gangguan produk kemalasan. Demkian pula sebaliknya, semakin besar harapan seseorang akan tergoda oleh gangguan produk kemalasan. Dan jika seseorang ternyata memang larut akan godaanya, maka yang demikian merupakan kesia-siaan yang pantas disayangkan.

    Dalam hal ini, seseorang bisa diacungi dua jempol manakala mampu dan berhasil "meredam gejolak keganasan dari produk kemalasan". Dengan kata lain bisa mengalahkan produk rasa malas yang akan atau bahkan mungkin sudah menebar ke diri sendiri. Sesuatu yang sungguh tidaklah mudah, tetapi mampu untuk itu.

    Karenanya jangan biarkan diri sendiri, termasuk diri Anda "ditipu mentah-mentah" oleh kepintaran syaithan lewat cara-cara palsunya. Karena ketika diri sendiri dibiarkan "ditipu", tanpa segera tahu atau menyadari bahwa diri telah ditipu, atau manakala diri sudah tahu tetapi tak kuasa membebaskan dari tipuannya, maka ini yang dimaksud golongan "orang yang sangat merugi". Dan tiada yang lebih baik dilakukan oleh diri selain "berusaha sekuat tenaga, mengerahkan segala kemauan dan kemampuan" untuk berubah haluan dari "orang yang sangat merugi" menjadi "orang yang selalu belajar dari kegagalan shingga menjadi orang yang tidak merugi alias beruntung."

    Sekali lagi kehati-hatian diri alias "waspada diri" harus dan perlu selalu ditingkatkan karena akan selalu mencari mangsa dan selalu akan menambah personil pengikutnya yang sama-sama akan dibawa ke jurang ketidakberhasilan. Karenanya, Anda tidak boleh lengah dari upaya penjerumusan syaithan ke jurang ketidakberhasilan diri, karena manakala dalam "penjerumusan" ini berhasil maka syaithan akan bertepuk tangan dan akan selalu merayakan kemenangannya dengan penuh kebanggaan. Sedangkan diri Anda hanya akan gigit jari meratapi penyesalan diri.




Baca Selanjutnya Di bawah ini :



Nahh begitulah pembahasan kali ini yaitu Malas, "Penipu Ulung" bagi Diri Sendiri. Menarik bukan? Jika anda suka, share ke teman atau keluarga anda sehingga kita bisa saling mempelajari ilmu-ilmu terkait pembahasan pada artikel ini. Jika ada yang kurang dimengerti silahkan komentar dibawah yah😇😇😇

Jika anda ingin mencari atau melanjutkan pembahasan terkait Psikologi Kemalasan silahkan cek di link berikut : Klik Disini

Demikianlah artikel pembahasan materi yang berjudul Malas, Penipu Ulung bagi Diri Sendiri | PK. Semoga bermanfaat bagi anda. Terima Kasih...


Sumber : Buku Panduan "Pengusir Kemalasan" dan "Pembangkit Motivasi-Diri" untuk kalangan Pelajar SMU/MA/SMK, Mahasiswa, Guru dan Dosen, Kaum Pesantren, Karyawan, Instansi Pemerintahan/Swasta dan Perusahaan. (Dr. Azam Syukur Rahmatullah, S.H.I., M.S.I., M.A.)

Syarif Al Qadri Akbar
Syarif Al Qadri Akbar Hanya Manusia Biasa Yang Ingin Hidup Bahagia Di Dunia Maupun Di Akhirat Kelak 🙏😊😇

Posting Komentar untuk "Malas, Penipu Ulung bagi Diri Sendiri | PK"