Malas, Racunnya Sebuah Keberhasilan | PK

Malas, Racunnya Keberhasilan | PK - Baiklah disini saya akan menjelaskan serta sharing kepada teman-teman Pembahasan terbaru yaitu tentang Psikologi Kemalasan terkait Pembelajaran Motivasi Diri. Pada saat ini saya akan membahas tentang MALAS SEBAGAI RAJANYA KETIDAKSUKSESAN pada bagian Malas, "Racunnya" Keberhasilan. Langsung saja simak penjelasannya dibawah ini.


malas-racunnya-keberhasilan


Malas, "Racunnya" Keberhasilan


"Waktu adalah pedang. Jika engkau tidak mematahkannya, maka

ia akan memenggalmu."

(Umar bin Abdul 'Aziz)


    Malas! Suatu penyakit yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Penyakit yang terkadang bila diremehkan malah cenderung semakin melonjak, cenderung semakin menunjukkan ketidakbersahabatan positifnya dengan manusia. Dan suatu penyakit yang memiliki kecenderungan memanjakan dan meninabobokan para pengkonsumsinya, sehingga terlenalah para peminatnya bahkan sampai melampaui batasan maksimal dan batas keajaran, yang kemudian mengakibatkan banyak sekali kerugian dan penyia-nyiaan waktu.

    Salah satu kerugian terbesar yang diakibatkan oleh keberadaan virus-virus malas ini adalah matinya dunia keberhasilan bagi seseorang. Adanya keyakinan yang menyatakan bahwa tidak ada sejarahnya orang malas, orang yang memusuhi keaktifan diri, dan orang yang meleburkan diri dengan dunia ayem-adem tanpa berbuat sesuatu yang produktif bisa meraih keberhasilan, bisa menggapai kesuksesan, dan bisa mencapai berbagai impian.

    Orang-orang yang berhasil menaklukkan bintangdi langit adalah mereka orang-orang yang senantiasa membentengi diri dari penyakit malas seperti malas berjuang, meraih goal setting, malas mencari celah-celah keberhasilan dan berbagai kemalasan lainnya. Bisa dikatakan orang yang sukses adalah orang yang tidak memperkaya diri dengan kemalasan. Orang yang tidak membutakan mata hati dan fikirannya untuk memilih mana yang pantas dipilih dan mana yang pantas dienyahkan. Dan dengan tepatnya orang-orang yang sukses memilih bahwa yang pantas dienyahkan adalah kemalasan.

    Ketika seseorang buta atau memang sengaja membutakan dirinya sendiri untuk tida melihat suatu kebenaran yang hakiki, yang kebenaran itu menyatakan bahwa kemalasan bukanlah sesuatu hal yang pantas diperturutkan serta dipuja-puji, dan kebenaran juga menyatakan bahwa kemalasan harus dinon-aktifkan dari dalam diri masing-masing pribadi, maka yang terjadi adalah dunia keberhasilan akan semakin enggan menghinggapi orang-orang yang memiliki prinsip demikian. Dunia kesuksesan merasa tidak pantas bila menempati orang-orang yang begitu

    Dan yakinlah ending-nya orang-orang yang demikian itu akan bertemu pada satu titik penyesalan yang sangat. Penyesalan yang memang bisa diperbaharui ke depannya untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya, meski tetap saja tidak bisa mengembalikan waktu yang telah dibuang percuma selama ini, yang diakibatkan oleh satu virus berbahaya yakni malas.

    Penyesalan baru akan dirasakan setelah pikiran dan hati terbuka, yang berarti ketika rasa malas menyerang dan hinggap dalam diri seseorang termasuk mungkin juga pada anda maka baik disadari atau tidak, virus malas menutup serapat mungkin hati dan fikiran anda agar tidak keluar dari zona kenyamanan yang dimotori oleh kemalasan. Dan setelah sadar alias terbebas dari rengkuhan virus malas yang begitu mematikan, ternyata anda telah melangkah jauh dari berbagai impian dan keinginan positif diri sendiri. Dan di saat itulah penyesalan akan begitu menghantui dan begitu terasa.

    Saya memiliki banyak hewan yang terlalu besar dalam memegang prinsip penyesalan di belakang ketimbang penyesalan di depan, bukan berarti saya kemudian lebih baik dari mereka, tentu saja tidaklah demikian karena memang kenyataannya penyesalan di belakang itu berbeda dengan penyesalan di depan yang dimaksud dalam kasus ini adalah penyakit malas. Kalau penyesalan di belakang mengandung beberapa unsur berikut :


  • Pengembangan "pikiran cupet nan sempit" masih begitu kental

Artinya, orang-orang yang pro dengan penyakit malas ini, menutup akses "keterbukaan fikiran", yang berarti tertolaknya motivasi-motivasi positif yang diterimanya. Dan yang terjadi, yakni pikiran-pikiran yang sejatinya negatif, tetapi dengan begitu apiknya dibungkuskan sehingga menyerupai "sesuatu yang positif" dan sayangnya, yang demikian biasanya diterima dengan mentah-mentah.

Yang ada di dalam fikiran sempit lagi cupet tersebut hanyalah kesenangan untuk tidak berbuat sesuatu, kesenagan tidak ber-aksi dan berkreativitas atas apapun. Kesenangan yang bisa dikatakan sebagai kesenangan semua alias kesenangan tersebut kelak hanya bersifat sementara dan buntutnya tetaplah satu titik yakni titik "penyesalan" karena ketika dirinya telah bangun dari tidur panjangna, dirinya telah melewati banyak waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik.


  • Lemahnya penghargaan atas dirinya sendiri

Orang yang selalu mengkonsumsi penyesalan di belakang, yang salah satu bentuk penyakitnya adalah penyakit malas ini adalah orang yang mau tidak mau harus diakui sebagai orang yang minim penghargaannya atas dirinya sendiri dan yang demikian bagaimana akan bisa menghargai orang lain, kalau tubuhnya sendiri tidak dihargai dengan baik. Ketika seseorang lebih condong kepada sesuatu yang mungkin effect negatif-nya belum disadari saat ini, tetapi ke depannya pasti akan memunculkan rasa penyesalan, maka yang demikian itulah seseorang telah menyia-nyiakan atau tidak menghargai diri sendiri.

Termasuk penyakit malas ini, ketika seseorang dengan penyakit tersebut dan bahkan cenderung begitu antusias mengkonsumsinya seperti begitu emoh-nya membaca, begitu beratnya untuk kuliah atau sekolah, begitu malasnya bekerja dan beribadah, begitu jengahnya menyusun skripsi, tesis atau berbagai karnya akademis lainnya maka sekali lagi ditekankan bahwa yang demikian telah membawa diri sendiri ke jurang penderitaan nan jauh dari keberhasilan. Dan itu pula salah satu bentuk kurangnya penghargaan atas diri sendiri.


    Dua hal utama diataslah yang biasa dianut oleh pihak-pihak yang senantiasa mengutamakan penyesalan di belakang dan biasanya (pula) hasil yang diperoleh adalah kekecewaan. Berbeda dengan "prinsip penyesalan di depan", yakni sebelum terjadi hal-hal yang senantiasa bisa mengecewakan diri dan orang lain maka dengan secepat mungkin perbuatan atau tidakan negatif yang akan atau telah dilakukan segera diperbaiki menuju tindakan positif. Dan berikut adalah unsur-unsur dari penyesalan di depan :


  • Mengedepankan fikiran yang penuh kedewasaan

Fikiran yang penuh kedewasaan di sini adalah fikiran yang senantiasa terbuka lebar (inklusif) atau fikiran jernih yakni fikiran yang mampu membedakan dengan jelas mana sesuatu yang seharusnya ditinggalkan dan mana sesuatu yang seharusnya tetap dipegang tegus untuk dikerjakan, mana sesuatu yang justru akan membawa kemudharatan diri baik di masa sekarang dan mendatang. Dan hanya dengan fikiran yang penuh kedewasaan itulah seseorang akan mampu terhindar dari penyesalan di belakang. Karena apa? karena akan selalu dan selalu mengantisipasi dan siap kapan pun untuk memperbaiki diri dari kelalaian, termasuk dalam hal ini adalah kelalaian berupa kemalasan. Dengan fikiran yang penuh kedewasaan, seseorang akan bisa terhindar dari kemalasan diri yang berkepanjangan.


  • Menyadari sepenuhnya akan hakikat dirinya

Kesadaran sepenuhnya dari diri inilah yang memunculkan penghargaan yang terbaik diri sendiri, yang memungkinkan seseorang tidak akan menyia-nyiakan dirinya sendiri. Yang karenanya, ketika akan berbuat sesuatu atau sedang mengalami sesuatu, berbagai pertimbangan akan dilakukan. Bila sesuatu tersebut tidak merugikan diri sendiri dan tidak akan membuat penyesalan akan dengan senang hati, maka (tentu) sesuatu tersebut akan dengan senang hatu terus dikerjakan, berbeda bila ternyata sesuatu itu nantinya malah akan menjerumuskan diri sendiri dan akan membuat penyesalan yang berkepanjangan, maka dengan berat hati pula yang demikian akan segera ditinggalkan. Sekali lagi hal ini agar nantinya tidak ada yang menyesal di belakang. Dan itulah yang banyak diadopsi oleh pihak-pihak yang senantiasa mengedepankan penyesalan di depan. Makanya wajar bilamana pihak-pihak tersebut akan sangat jarang mengalami kegagalan dan ketidak-berhasilan dalam melangkah.


    Dengan demikian untuk meraih sebuah keberhasilan atas berbagai impian, yang seharusnya diterapkan adalah prinsip penyesalan di depan sebelum atau ketika sudah bertindak harus berfikir ulang mengenai baik dan buruknya. Sayangnya tidak banyak yang mau dan mampu menerapkan prinsip penyesalan di depan ini, mengapa? yah, karena mereka sudah merasakan kenikmatan suatu tindakan yang menurutnya baik dan positif meskipun sebenarnya kesemuanya adalah negatif dan penuh kepalsuan. Mereka sudah merasa nyaman, sehingga tidak mau diganggun keberadaannya.


    Salah satu contoh adalah sahabat saya di S2 UIN Alauddin Makassar dengan insial IMR, yang hampir 2 tahun lebih belum juga merampungkan tesisnya (tugas akhir S2). Berbagai motivasi seakan-akan tidak mampu menggoyahkan sikap-negatifnya ini. Ternyata setelah diusut-usut IMR ini menderita penyakit malas menulis, yang disebabkan karena ketidakterampilannya menyusun kata-kata, sehingga usaha untuk menulis selalu gagal, akibat itu semua IMR ini menjadi malas dan enggan untuk melanjutkan tesisnya. Sehari-hari hanya dibuat untuk refreshing, tanpa mau memikirkan lagi nasib tesis. Dunia kenikmatan dan kebebasan benar-benar diraihnya. IMR ini baru tersadar setelah banyak kawan-kawan seangkatannya diwisuda. Dan ternyata dirinya telah membebaskan (diri) dari belenggu tesis selama lebih dari 2 tahun. Yah, tanpa disadari waktu terus melaju tanpa kompromi.

    Berulang kali IMR ini berujar kepada saya bahwa dirinya sangat dan sangat menyesal kenapa harus membuang-buang waktu sebanyak itu. Padhal jika dirinya dahulu konsisten, tidak pantang mundur, dan terus maju meski kesulitan menulis menghadang, tentu sekarang tesisnya sudah kelar, dan berkemungkinan besar sudah diwisuda. Tapi lagi-lagi hanya penyesalan di belakanglah yang sekarang dirasa, tanpa bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya berusaha untuk memperbaiki dir lagi.

    Dan adanya keyakinan bahwa kejadian yang dialami oleh sahabat saya tadi mungkin juga banyak dialami oleh anda-anda sekalian, meski dengan permasalahan berbeda. Penyakit malas memang benar-benar mampu membuat seseorang terkesima dengan kemolekannya. Sehingga banyak orang yang terjerumus karenanya. Dan benar-benar menjauhkan seseorang dari ranah keberhasilan.

    Oleh karena itulah, bagi siapapun yang sekarang sedang tertimpa musibah berupa terkenanya penyakit malas ini baik yang baru stadium satu atau mungkin yang sudah stadium lanjut (stadiium mengerikan) tidak ada salahnya bila mendengar nasehat dari Mustofa al-Ghalayain, berikut ini :


"Jadikanlah sifat berani sebagai watakmu. Berpegang teguhlah dengan talinya. Jangan biarkan sifat pengecut dan membabi buta uty menyusuo di dalam hatimu. Pengecut adalah sebagian dari ketololan. Berani itulah sifat orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian."


    Berani keluar dari kemalasan. Yah, itulah jalan terbaik yang harus dilakukan. Kemalasan akan dapat dikalahkan dengan keberanian yang tanpa berfikir dua atau tiga kali untuk menerapkannya (menerapkan sifat keberanian tersebut). Dengan keberanian melawan kemalasan, keberhasilan akan mudah tergenggam di tangan. Sayangnya banyak orang yang ingin keluar dari kemalasan tetapi tidak berani melangkah, dan rasa yang ada adalah rasa "eman-eman" untuk keluar dari zona yang selama ini jadi idola bagi mereka. Dan inidilah yang sangat membahayakan. Oleh sebab itulah sekali lagi ditekankan "keberanian diri untuk bersikap" adalah yang utama dan sifatnya harus dan harus. Seseorang tidak boleh menoleh ke belakang tetapi harus menatap ke depan demi masa kecerahan hidup yang dituju.

    Demikian pula Anda semua, mencobalah untuk "berkata" terhadap diri sendiri bahwa yah, saya berani... .yah, saya bisa... .yah, saya mampu untuk mengalahkan "rasa malas ini". Kalau suarakan dengan lantang dan keras bahwa "saya bisa... ... .!!!!" Dengan suara lantang dan keras ini akan membantu memotivasi diri dan mengkobarkan semangat diri sendiri untuk keluar area/zona kemalasan. Atau setidaknya sudah ada motivasi yang terbangkitkan dari dalam diri sendiri. Dan yang demikian sudah merupakan aset yang luar biasa sebagai bekal untuk mengalahkan kemalasan diri sendiri.




Baca Selanjutnya Di bawah ini :



Nahh begitulah pembahasan kali ini yaitu Malas, "Racunnya" Keberhasilan. Menarik bukan? Jika anda suka, share ke teman atau keluarga anda sehingga kita bisa saling mempelajari ilmu-ilmu terkait pembahasan pada artikel ini. Jika ada yang kurang dimengerti silahkan komentar dibawah yah😇😇😇

Jika anda ingin mencari atau melanjutkan pembahasan terkait Psikologi Kemalasan silahkan cek di link berikut : Klik Disini

Demikianlah artikel pembahasan materi yang berjudul Malas, Racunnya Keberhasilan | PK. Semoga bermanfaat bagi anda. Terima Kasih...


Sumber : Buku Panduan "Pengusir Kemalasan" dan "Pembangkit Motivasi-Diri" untuk kalangan Pelajar SMU/MA/SMK, Mahasiswa, Guru dan Dosen, Kaum Pesantren, Karyawan, Instansi Pemerintahan/Swasta dan Perusahaan. (Dr. Azam Syukur Rahmatullah, S.H.I., M.S.I., M.A.)

Syarif Al Qadri Akbar
Syarif Al Qadri Akbar Hanya Manusia Biasa Yang Ingin Hidup Bahagia Di Dunia Maupun Di Akhirat Kelak 🙏😊😇

Posting Komentar untuk "Malas, Racunnya Sebuah Keberhasilan | PK"