Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras | PKK
Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras | PKK - Baiklah disini saya akan menjelaskan serta sharing kepada teman-teman dengan melanjutkan pembahasan kemarin yaitu Produk Kreatif dan Kewirausahaan atau biasa disebut dengan PKK terkait Pembelajaran TKJ. Pada saat ini saya akan membahas tentang PENGUJIAN PRODUK PERANGKAT KERAS pada bagian Pengujian Produk yaitu Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras. Langsung saja simak penjelasannya dibawah ini.
Pengujian produk merupakan syarat ketika suatu produk menjadi produk jadi. Produk jadi mengalami pengujian untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu produk. Pengujian produk sangat penting karena hal tersebut berkaitan dengan perlindungan konsumen. Berikut penjelasan mengenai pengujian produk dan perlindungan konsumen dalam produk perangkat keras!
Pengujian Produk Perangkat Keras
A. Pengujian Produk
Pengujian produk merupakan bagian dari aspek pengembangan produk. Pengujian produk juga dapat berfungsi sebagai alat untuk mengetahui kelayakan produk di mata konsumen.
Pengujian produk dilakukan karena produsen ingin mengetahui nilai dan daya guna barang tersebut sebelum dilempar ke pasaran. Pengujian produk adalah strategi untuk meningkatkan aspek perlindungan konsumen. Pengujian produk merupakan tinggal awal datangnya era konsumen modern.
4. Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras
Benchmark atau benchmarking merupakan tindakan pengujian sebuah komputer dengan cara menjalankan beberapa program, kumpalan program, atau operasi lain yang bertujuan untuk mengetahui performasi dari komputer tersebut. Biasanya diasosiaikan denga mengevaluasi karakteristik performasi dari hardaware komputer, seperti operasi floating point CPU. Benchmark menyediakan metode perbandingan performasi dari berbagai subsistem lintas arsitektur chip/sistem.
Benchmarking bukan hanya diterapkan ke dalam pengujian hardware semata. Benchmarking dapat diterapkan di dalam setiap lini usaha. Secara umum, proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah, yaitu :
a. Menentukan Apa yang akan Di-Benchmark
Hampir segala hal dapat di-benchmark, suatu proses lama yang mememerlukan perbaikan, suatu permasalah yang memerlukan solusi, suatu perancangan proses baru, suatu proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum berhasil. Perlu dibentuk suatu Tim Peningkatan Mutu yang akan menyelidiki proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan urutannya dan masukan (input) serta keluarannya (output).
b. Menentukan Apa yang akan Diukur
Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling kritis dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan pengingkatan mutu. Tim yang bertuhas me-review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus. Contoh-contoh ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap titik pengambilan keputusan, variaso-variasi waktu, jumlah aliran balik atau pengulangan dan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal) yang berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau kebutuhan (requrements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini.
Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar kinerja proses. Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan benchmarking.
c. Menentukan kepada Siapa akan Dilakukan Benchmark
Tim Pengingkatan Mutu menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan benchmarking ini. Pertimbangan memilih organisasi lain yang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbai dalam kategori ini.
d. Pengumpulan Data/Kunjungan
Tim Peningkatan Mutu mengumpulkan data tentang ukuran dan yang telah dipilih terhadap aorganisasi yang akan di-benchmark. Pencarian informmasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan, misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain, Barang kali juga ada lembaga yang menyeediakan bank data tentang benchmarking untuk beberapa aspek dan kategori tertentu. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di-benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilkukan kunjugan langsung.
Pada saat kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data internal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa objek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau lembaga yang dikunjugi mempunyai keinginan yang sama untuk mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang menjunjunginya, yaitu adanya keinginan timbal balik untuk saling mem-benchmark.
Para pelaku benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa kunjungan langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat menghasilkan pandangan dan pemahaman yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan cara-cara pengumpulan data manapun. Kunjungan ini memungkinkan kita untuk secara langsung berhubungan dengan "pemilik proses" yaitu orang-orang yang benar-benar menjalankan atau mengelola proses tersebut.
e. Analisis Data
Tim Peningkatan Mutu kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif, misalnya tentang sistem, prosesdur, organisasi dan sikap. Tim mengidentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat penting adalah menghindari sikap penolakan, jika memang ada perbedaan yang nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki.
f. Merumuskan Tujuan dan Rencana Tindakan
Tim Peningkatan Mutu menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya dan kemampuan yang ada saat ini, juga sebaiknya terukur, spesifik dan didukung oleh manajemen dan orang-orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian, tim dapat diperluas dengan melibatkan multidisiplin yang akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya dan siapa saja yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya dan siapa saja yang harus bertanggung jawab.
Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksanan penjaminan mutu (executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. Ukuran dan standar dievaluasi secara bertahap, barangkali diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencan untuk dapat mengtasi halangan dan persoalan yang muncul. Juga para pelaksana memerlukan umpan dari mereka yang berkepentingan terhadap proses dan hasilnya (stakeholders).
Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus-menerus (berkelanjutan).
Baca lanjutan dari Pengujian Produk :
2. Keuntungan dan Kerugian Pengujian Produk
3. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Pengujian Produk Perangkat Keras
4. Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras
5. Pengujian Ketahanan dalam Perangkat Keras
Baca Lanjutannya Disini :
Pengujian Produk Perangkat Keras
B. Standardisasi dalam Kaitannya dengan Pengujian Perangkat Keras
Nahh begitulah penjelasan tentang Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras, Menarik bukan? Jika anda suka, share ke teman atau keluarga anda sehingga kita bisa saling mempelajari ilmu-ilmu terkait pembahasan pada artikel ini. Jika ada yang kurang dimengerti silahkan komentar dibawah yah😇😇😇
Jika anda ingin mencari atau melanjutkan pembahasan terkait dengan pembelajaran PKK silahkan cek di link berikut : Klik Disini
Demikianlah artikel pembahasan materi yang berjudul Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras | PKK. Semoga bermanfaat bagi anda. Terima Kasih...
Posting Komentar untuk "Konsep Benchmarking pada Pengujian Perangkat Keras | PKK"
Posting Komentar